Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Sudah

Sudah, habis sudah tak tersisa Hanya luka dan lara yg ada Sepi kembali merasuk nadi Setetes rindu tertinggal di hati Lalu menguap keingatan segala kenangan Membunuh kesadaran, menolak melupakan Seonggok luka jadi residu akan cintamu Sesak lancang memenuhi paru. Nafasku semakin memburu Menggores lupa akan segala rindu Merobek rasa tanpa asa Sudah, habis tanpa bahagia.

Senja itu

Senja itu Dikala luka terbenam dibalik dinding asmara Dikala dinginnya lara dipeluk hangat jingga Dikala surya akan terganti purnama Tertanda wajahmu, ratu tanpa tahta Menguapkan rasa dalam dada Menerpa luka yg menetap lama Menghapus pilu di pelupuk mata Senja itu Dikala sejenak aku melupa lara Dikala aku merupa awan jingga Dikala hati melepas rasa Senja itu Dikala sinar jingga menerpa indahmu Dikala hatiku memanggil namamu Senja itu.

Untuk Masa Lalu

Untuk masa lalu yg meragu Entah kenapa tetiba aku merindu Merindu akan keakuanku yg dulu Merindukan diriku yg mampu membahagiakanmu Untuk masa lalu yg jdi luka Tetiba hatiku kembali melara Kini mencintamu hanya mimpi semata Padahal dulu kita prnah sehangat bara Untuk masa lalu yg ku ikhlaskan Benakku tetiba menolak melupakan Entah mengapa mencintamu kembali jadi harapan Maaf, aku mengganggumu bergerak ke depan

Mencari bahagia

Rasa membeku atas cinta yg semu Luka melarut dalam pahitnya pilu Batin berteriak atas sakitnya luka Hati bersikeras mencari bahagia Lalu bagaimana aku bahagia? Bila setiap hari melihatmu tersenyum untuknya Lalu kemana aku setelah ini? Bertahan atau bersikeras untuk pergi Aku hanya ingin kamu bertahta Namun kau telah jadi ratu dihatinya Kini, biar aku merindu dalam diam Walau setelah itu rasaku tenggelam.

Mati

Malam merangkai sunyi Termenung, menunggu sang pagi Terjaga atas segala luka Mulut berhenti tertawa, hati melara Menunggu mati Diantara bahagia yg bersamanya kau bagi Terbakar dalam tungku cemburu Hangus menghitam bersama pilu Sesak mengisi paru" Mata diambang sendu yg meragu Jiwa mendeklarasikan luka Mati dalam raga tanpa cinta.

Ikut bahagia

Gelap malam memenuhi ruang sepi Membunuh perlahan bersama sendiri Aku tersenyum melihat kau berbagi hati Namun sesak tak tertahan lagi Kau menemukan dia yg sempurna Yg pantas untuk kau cinta Aku ikut bahagia Atas segala tawamu di sisinya Setidaknya kita prnah sedekat jemari Walau kini kau tak kembali Lalu bila kau sakit, kemari Aku senantiasa menanti.

Mutiara

Matamu telah luluhkan hatiku Senyummu terus pulihkan lukaku Tawamu memacuku tuk melaju Candamu telah mengusir sepiku Ya, namamu seindah mutiara Hadirmu bagai indah senja Tangismu merangkai pilu Pergimu mengukir rindu Aku sudah muak merangkaimu dengan sajak Lelah meneriakkan namamu hingga serak Jangan pergi, aku tak kuasa Melepas indah senja, aku tak berdaya.

Cinta hampa

Dibawah angkasa dan lentera Aku kembali mendeklarasikan luka Atas cinta yg hampa Atas luka yg kembali terbuka Hati hancur penuh luka Segala harap jadi mimpi belaka Berkeping hancur tak tersisa Menjadi debu, menghilangkan tawa Kau dengan senyum bahagia mengundang lara Mengoyak hati dengan sepi dan luka Karena jelas kau tak apa" Aku sekarat tanpa rasa

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya