Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2017

Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

K.A.M.U

Terhempas semua segala ragu Melebur tanpa sisa menjadi abu "Ingin" mendeklarasikan kemenangannya Menghapus tanya dalam dada Lalu kau tersenyum dgn semena" Setiap kerutnya memberikan rasa Sungguh kau benar" tega Memaksa hatiku untuk terus memuja Ketahuilah semesta tak mampu menampung indahmu Bahkan langit terlalu sempit untuk melukiskannya Biarkan cintaku menggebu bersama rindu Biarkan pengorbanan berteriak kaulah alasannya.

Si buangan

Gubuk dari kardus kami sebut rumah Atap lapuk digerogot serangga Tempat tidur beralas sampah Pintu jendela kami tak punya Bayar sekolah kami tak mampu Anak kami bodoh dan dungu Koran kami jadikan sepatu Tak punya uang, tak punya ilmu Nasib kami tak pernah diperhatikan Beberapa janji beri bantuan Namun setelah jadi yg diinginkan Mereka mendadak lupa ingatan.

Pertumpahan darah

Sudut kota tertumpah darah Rakyat menderita menuju binasa Puing" bangunan belasah Meragu dalam keyakinan untuk merdeka Terenggut sudah mimpi anak bangsa Mayatnya habis dihinggap serangga Para penguasa terbuai fana Rakyatnya mati kehabisan asa Peluru menembus kulit Rudal jatuh, pemerintah berkelit Jasad manusia hanya jadi sampah Tertimpa tanah yg luluh lantah

Kamu, yang baru

Gemerlap jingga menyongsong angkasa Tawa menghapus kelamnya luka Temaram berganti cerah bahagia Membangkitkan asa, menyulut rasa Senja kembali menjingga Bersinar tanpa seberkas kelabu mengganggunya Sepertimu yg kini ada di pelukan Menyala, sebagai satu"nya yg dirindukan Hariku kini tentang kamu Kamu yg membuat raguku terganti rindu Kamu yg membuat sedihku berganti haru Kamu, ku harap selamanya kamu.

Menanti Pagi

Dingin menggigit menusuk nadi Gelap dan kelam semakin menguasai Semakin sepi menuju dini hari Rembulan benderang di langit sunyi Berhembus angin malam , datang dan berlalu Membawa suasana, memantik rindu Melemparku kepada senyum masa lalu Bersamamu, pahit termanisku Rembulan semakin tenggelam Bersama memori tentangmu yg indah tersulam Namun sepi menguasai ruang temaram Menggores kesadaran di hati terdalam.

Menahan rasa

Senyummu menguasai khayalku Tatapmu menikam dalam hatiku Nadiku berdetak kencang memanggil namamu Pikiranku semakin penuh tentangmu Namun, aku tak mampu mengungkapkan cinta Jangan harap aku mengungkap rasa Karena menatapmu aku tak berani, Berbicara padamu aku tak enak hati Aku terlalu takut kamu pergi Aku hanya mampu menatapmu disini Di kejauhan tanpa pedulimu Menahan rasa, tanpa sepengetahuanmu.

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya