Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2017

Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Baper

Kau tersenyum Kau tertawa Kau bahagia Lalu kau melara Itu yg kau rasa Ketika waktu memacumu utk melaju Bersama rasa yg menggebu Namun malah berakhir lara Sakit? Jelas. Siapa pelakunya? Tunggu kau bukan korban harapmu sendiri? Bagaimana tak sesak? Bersamanya kau nikmati waktu Rela direpotkan krn setitik rindu Yg perlahan kau sadari tak pernah utkmu Sudah terima saja kenyataan Bahwa sebenarnya dia begitu bkn krn perasaan Dia hanya kesepian Dan baginya pengorbananmu adalah Kebaikan seorang teman.

Putus

Dan kita disini Bersama raga yg tak punya rasa lagi Bersama kopi yg telah dingin Bersama punahnya rasa ingin Kita disini Saling menatap Bersama niat yg mantap Untuk tak bersama lagi Kita masih disini Seolah tak ingin cepat" pergi Sesal mulai menaungi hati Lalu kita Menangis tak henti.

Merdeka

Menetes Darah dan air mata Bercampur dalam lara Memantik perjuangan penuh makna Pendapat di suarakan Upaya lepas dari penjajahan Kita siapkan persenjataan Menaruh nyawa dalam pemberontakan Kita lelah dijajah Mati kehabisan darah Hingga perjuangan itu jadi sejarah Merdeka jadi upah lelah.

Pencari

Tutup saja mukamu Karena tanpa melihatmu aku bisa menemukanmu Aku bisa mencium baumu Lalu kuhujani jidat dan pipimu Tahan saja nafasmu karena aku tetap bisa mendeteksimu Aku bisa merasakan hangatmu Lalu ku peluk erat tubuhmu Bungkam saja mulutmu Karena aku tetap bisa mendengarmu Mendengar nyanyian hatimu Lalu ku alunkan dengan nada merdu.

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya