Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Bunga Tidur

Bunga tidur bersemayam di balik kelam Bersama mimpi ia disulam Dengkurmu mengisi malam Sadarmu masuk dalam-dalam Tidur itu sepupu kematian Napasmu sebatas penanda kehidupan Takdirmu takkan pernah berlarian Hidupmu akan terus berjalan Hingga nanti bunga tidur mekar Dadamu tak lagi mendebar Dan cahaya tak lagi berpendar Sepupunya menunggumu di selasar.

Merah dan Putih

Merah dan putih bersahabat Mereka kerabat dekat Dari jaman merdeka sudah lekat Duh nyamain bait susah amat. Merah dan putih kelelahan 74 tahun sering kehujanan, kepanasan Baru sekarang mereka kelelahan Disuruh berkibar mulu, tak tahan. Mereka dihormati tanpa dihayati Seringkali didiamkan saat hari jadi republik ini Ingin rasanya kembali dijahit Fatmawati Sayang orangnya sudah mati "Jaman sekarang makin rumit," katanya Sama kulit beda suara Tetap ribut ujungnya Seolah sengaja buat mereka kecewa Merah kesal karena ia kadang tak lagi berani Putih kesal karena ia kadang tak lagi suci Merah lebih sering dilambangkan darah Putih lebih sering dilambangkan duka Sebab yang merah kini sering dituduh kiri Yang putih kadang hanya sok suci Orang lebih bangga pada bendera organisasi Bagaimana mereka tak sakit hati? Sudah cukup untuk tak peduli Saatnya saling toleransi Ribut mulu dari jaman kompeni sampai pochinki Sebelum sang merah lari Sebelum sang putih ...

Sembuhlah

Aku rindu kamu Kamu, Yang sedang disayangi penyakitmu Aku rindu kamu Rindu kamu hadir dalam masaku Masa disetiap lini kehidupanku Cepatlah sembuh Aku sudah kirimkan obatmu Berupa peluk jarak jauh Dan puisi pengusir keluh Semoga cukup menghangatkanmu Semoga cukup menyembuhkanmu Cepatlah sembuh Biar kita bincang lagi tentang masa depan Tentang masa kini Aku dan kamu.

Wel

Sebagaimanapun kau merasa jelek Kau tahu Mataku adalah cermin terbaik untukmu Ia selalu subjektif tentangmu Selalu menceritakan keindahanmu dalam ragaku Sebagaimanapun kau merasa sedih Kau tahu Telingaku adalah pendengar terbaik Ia selalu subjektif tentangmu Selalu ingin mendengar cerita dari mulut bawelmu Sebagaimanapun air matamu jatuh Kau tahu Tanganku adalah tanggul terbaik Ia selalu subjektif tentangmu Selalu ingin menyeka air mata yang kadang terlalu deras meluncur di pipimu Sebagaimanapun kau merasa gemas Kau tahu Kepalaku adalah bantal terbaik Ia selalu subjektif tentangmu Selalu ingin diusap dan ditadah dengan tangan mungilmu Yang menyentuh dengan perasaan dikala rindu Sebagaimanapun mereka semua Kau tahu Mulutku adalah penakut paling berani Ia selalu subjektif tentangmu Ia selalu dipaksa mengatakan kejujuran dari hatiku Bahwa aku sungguh menyayangimu.

Tak Peduli

Aku tak peduli Kanan jadi kiri Datang jadi pergi Ahok masuk fpi Atau dedy corbuzier tak botak lagi Aku hanya ingin kau sebentar lagi Ya, Paling tidak sampai mati.

Mengindra

Di sebuah temu Atas utus rindu Kita melebur Dadamu berdegup Mataku meredup Kau tersenyum Aku berdentum Kau habis meminumku Aku habis meminummu Secangkir kita yang menyadarkan Bahwa pulangku adalah kamu Bahwa rumahmu adalah aku.

Akan

Yang terluka Akan tertawa Yang mati Akan lahir Yang hancur Akan bahagia Yang bahagia Akan terluka Biarlah keakanan mengubah Biarlah "yang" akan diubah. Aku tak apa Karena kau ada Entah untuk luka Entah untuk bahagia.

Sekolahku

Selamat pagi, siang, dan malam sekolahku Ini surat terbuka untukmu, Atau tidak terbuka-terbuka amat Sebab karena otoritasmu semua bisa tamat Sekolahku, Jadilah lembaga pendidikan yang sesuai visi-misi Bukan lembaga yang sakit hati karena kritik murid sendiri Berhentilah merasa tidak aman Karena seharusnya kau yang memberikan kami rasa aman Rasa aman akan pendidikan Rasa aman akan pembelajaran Rasa aman atas penalaran dan kemoralan Tapi masih adakah penalaran Jika tiap merasa terancam kau menghakimi tanpa logika yang dikedepankan? Sekolahku, Jadilah lembaga pendidikan tempat kami bernaung Bukan lembaga yang membuat kami seperti terpasung Jadilah lembaga yang membebaskan untuk pembelajaran Bukan menyulitkan demi mengikuti opini-opini gembel kalian. Sekolahku, Mau berapa lama lagi kau bungkam kami? Mau berapa lama lagi? Tidak usah panik Saat kalian marah, kami para siswa mana bisa berkutik? Karena mungkin hanya itu bisamu Mengancam dan membungkam. Baiklah ...

Katakan

Katakan, Dari ribuan hutan, Mana yang paling luas? Katakan, Dari jutaan bintang, Mana yang paling indah? Katakan, Dari milyaran manusia, Mana yang paling beruntung? Jangan tanya aku, Kau sudah tahu jawabannya. Itu kamu, Kamu, Dan aku. Dan jika mengapa keluar dari mulutmu.. Astaga kau nanya mulu. Sebab seluas-luasnya hutan aku tidak akan tersesat kecuali di hatimu. Sebanyak-banyaknya bintang aku takkan terpikat kecuali denganmu. Dan seberuntung-beruntungnya manusia ia punya kesialan, yaitu tak pernah bertemu denganmu. Untukku kau bukan manusia Bukan juga bidadari Apalagi Tuhan. Sebab kau terlalu tinggi untuk seukuran manusia Kau terlalu cantik bahkan untuk seorang bidadari Namun, kau tidak bisa sebesar Tuhan (kau terlalu kurus untuk itu). Kau Semestaku. Sebab memang bila bumi berhenti berotasi Udara hanya berisi polusi Pemerintah terus-terusan korupsi Kebebasan di borgol polisi Atau MU masuk zona degradasi Aku akan tetap hidup Asal kau tak pe...

PUMK

Maaf Atas segala rasa Yang selalu kau anggap harus segera binasa Atas segala harap Yang selalu kau pikir harus segera dilahap Atas segala perjuangan Yang selalu kau beri ketidakmungkinan Terima kasih Atas segala tawa Yang mencerahkan seisi dunia Atas segala tangis Yang membuatku ikut meringis Atas segala cerita Yang tak selalu terungkap kata Kini, Kau boleh bahagia sejadi-jadinya Sebab ketika matahari terbit dari timur tatapmu Senja berlabuh di barat genggamku Atau, Kau boleh sedih sejadi-jadinya Sebab ketika hujan turun di pelupuk matamu Senja terbit di sungging senyumku.

Terima Kasih, Langit

Aku mau berterima kasih pada langit Sebab semakin kulihat betapa luas dirinya Semakin aku sadar Rasaku lebih dari itu Aku mau berterima kasih pada langit Sebab semakin kulihat betapa indah senjanya Semakin aku sadar Matamu lebih dari itu Aku mau berterima kasih pada langit Sebab semakin seram gelapnya Semakin aku sadar Tanpamu lebih dari itu

Jalan-Jalan Pemuja Setan

Pemuja setan jalan-jalan Lelah ia menyembah-nyembah di tempat persembunyian Di jalan, ia bertemu banyak penyembah Tuhan Sedang dalam pertentangan Tarik urat mereka bicara Berlomba siapa yang kepercayaannya paling luar biasa Tiba-tiba suara ledakan terdengar Ada rumah ibadah terbakar! Pemuja setan lari mengevakuasi Menyelamatkan orang yang jika tahu, mungkin akan mengaraknya hingga mati Orang itu mati Pemuja setan pusing Tak sadarkan diri Tangis menyelimuti Ada teriakan dan makian Pemuja setan kaget Lihat jasadnya sendiri Namun pemuja setan diapresiasi Ia diganjar puji-puji "Semoga Tuhan menyertai" Kata orang-orang itu Entah dimana dia kini Orang yang coba ia selamatkan terlihat percaya diri Sementara ia fokus melihat pintu neraka yang menanti Orang itu menjawab dengan lantang "Aku ini anakmu, Tuhan Aku melindungi ajaranmu di dunia Aku saja mati saat membakar sesuatu yang sesat, Kiranya lapangkan surga untukku, Tuhanku." Tuhan he...

Maka

Maka malam datang Kau belum pulang Aku masih sayang Bulan terang Kau menjelma bayang Ku dekap tetap melayang Maka pagi menanti Kau belum tunjukkan akan kembali Aku hampir mati Terbakar sang matahari Kau bersikeras tak peduli Aku membalas penuh gengsi.

Pasca

Ada seorang laki-laki Kehilangan dirinya sendiri Seorang yang ia percaya untuk menyimpan itu, Pergi. Pergi dengan keputusan yang ia yakini, Dipikirkan setengah mati Atau tidak setengah hidup Yang jelas paling tidak hingga lelahnya tertiup Laki-laki itu termangu sendiri Tak tahu dimana lagi ia harus mencari Ia kehilangan rumahnya Dan ia tersesat Ia tak tahu kemana harus pulang Tak tahu kemana harus mengalamatkan sayang Ia ketakutan sendirian Siang membakarnya seperti di perapian Malam menggulung tubuhnya hingga kedinginan Ia mulai benci hari yang cerah Seolah semuanya bahagia kecuali dirinya Ia pertanyakan seorang yang ia percaya itu "Apa kau rasakan yang sama denganku?" Tanpa jawab yang terlontar Namun ia merasakan koneksi yang terhantar Seolah mendapat jawaban dari kesunyian Ia tenang, Untuk sesaat Lalu bersiap untuk mengalami itu lagi.

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya