Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2019

Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Jalan-Jalan Pemuja Setan

Pemuja setan jalan-jalan Lelah ia menyembah-nyembah di tempat persembunyian Di jalan, ia bertemu banyak penyembah Tuhan Sedang dalam pertentangan Tarik urat mereka bicara Berlomba siapa yang kepercayaannya paling luar biasa Tiba-tiba suara ledakan terdengar Ada rumah ibadah terbakar! Pemuja setan lari mengevakuasi Menyelamatkan orang yang jika tahu, mungkin akan mengaraknya hingga mati Orang itu mati Pemuja setan pusing Tak sadarkan diri Tangis menyelimuti Ada teriakan dan makian Pemuja setan kaget Lihat jasadnya sendiri Namun pemuja setan diapresiasi Ia diganjar puji-puji "Semoga Tuhan menyertai" Kata orang-orang itu Entah dimana dia kini Orang yang coba ia selamatkan terlihat percaya diri Sementara ia fokus melihat pintu neraka yang menanti Orang itu menjawab dengan lantang "Aku ini anakmu, Tuhan Aku melindungi ajaranmu di dunia Aku saja mati saat membakar sesuatu yang sesat, Kiranya lapangkan surga untukku, Tuhanku." Tuhan he...

Maka

Maka malam datang Kau belum pulang Aku masih sayang Bulan terang Kau menjelma bayang Ku dekap tetap melayang Maka pagi menanti Kau belum tunjukkan akan kembali Aku hampir mati Terbakar sang matahari Kau bersikeras tak peduli Aku membalas penuh gengsi.

Pasca

Ada seorang laki-laki Kehilangan dirinya sendiri Seorang yang ia percaya untuk menyimpan itu, Pergi. Pergi dengan keputusan yang ia yakini, Dipikirkan setengah mati Atau tidak setengah hidup Yang jelas paling tidak hingga lelahnya tertiup Laki-laki itu termangu sendiri Tak tahu dimana lagi ia harus mencari Ia kehilangan rumahnya Dan ia tersesat Ia tak tahu kemana harus pulang Tak tahu kemana harus mengalamatkan sayang Ia ketakutan sendirian Siang membakarnya seperti di perapian Malam menggulung tubuhnya hingga kedinginan Ia mulai benci hari yang cerah Seolah semuanya bahagia kecuali dirinya Ia pertanyakan seorang yang ia percaya itu "Apa kau rasakan yang sama denganku?" Tanpa jawab yang terlontar Namun ia merasakan koneksi yang terhantar Seolah mendapat jawaban dari kesunyian Ia tenang, Untuk sesaat Lalu bersiap untuk mengalami itu lagi.

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya