Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2023

Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Jangan Menemuiku Lagi

Malam sudah hampir selesai sementara pagi masih belum mengetuk jendela. Setelah habis ku teguk kemungkinan-kemungkinan itu aku mau berikrar sambil sesekali bergitar  Aku masih diterpa kebingungan membuat badanku kelelahan ada dering yang mulai ku tunggu ada sering yang mulai ku butuh ada kabar yang mulai ku nanti ada rasa yang tumbuh dalam sembunyi Maka ku gunakan keheninganku  ku rangkai untuk mengelabui deteksimu. Kelak bila suaraku menyentuh telingamu tak perlu kau tugaskan mata mencari hadirku tak perlu kau perintahkan kulit menyentuh ragaku Namun kelak bila kau hilang bila air mata telah menggenang kau tahu siapa yang akan menemukan kau tahu siapa yang akan menenangkan.

Jangan Mencintainya Lagi

Di antara bajingan-bajingan pecundang-pecundang penjahat kelamin dan organisme-organisme lain yang gagal membuatmu bahagia tak ada ruginya memberiku kesempatan untuk merekahkannya.

Jangan Menangis di Ujung Malam Lagi

Bila memang tawa yang keluar dari mulutmu adalah musik di telingaku maka racauan dan umpatanmu ialah tempo yang membuatnya seirama yang kerap ku dengarkan walau kantuk menarik-narik kelopak mata Namun, kau putuskan untuk menumpahkan tangis di malam itu membangkitkan hening yang abadi di telingaku memberi senyap pada bising yang tersisa kau gelar tangismu dengan paripurna Tangis itu ialah darah dari luka yang menganga di hatimu yang konsisten diceritakan mulut cerewetmu Malam itu pakaianku basah oleh air matamu dan aku menolak untuk mengeringkannya.

Jangan Batalkan Temu Kita Lagi

Di penghujung waktu istirahat takdir memutuskan untuk rehat. Lampu-lampu jalan padam riuh metropolitan bungkam Sesaat setelah kau tutup teleponmu aku bergulat dengan kesadaranku detik-detik menggelitik perasaanku menimbul-tenggelamkan sasaranku Aku menyiasati hadir demi hadirmu mencari makna yang coba kau tuju sedang kau konsisten menyuguhi rancu kala bibirku kepalang ingin merasakan gincu di bibirmu.

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya