Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Penulis dan Sajaknya

Seorang penulis bermain dengan kata

Menilik titik tanpa jeda

Merambah koma penuh seksama

Tak sadar kalimatnya tanda baca semua.


Ia tak tahu lagi 

Entah penyair atau penulis ia kini

Mencari arah di semua sisi

Mengungkap benar di antara puisi.


Lalu ia memilih pipis di depan meja televisi

Hmm pesing sekali.


Kepalanya sudah tak bisa diajak berpikir

Hatinya sudah tak bisa diajak merasa

Lidahnya kelu tanpa kata.


Maka jadilah ia mengembara

Menjelajahi samudera sembari menunggu hujan reda

Mengilhami permainan di benaknya

Berharap menemukan awal-semula.


Lalu ia teguk segelas Brotowali

Barangkali mulutnya merindukan kopi

Kepalanya merindukan solusi

Hatinya jemu menunggu mati.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya