Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

PUMK

Maaf
Atas segala rasa
Yang selalu kau anggap harus segera binasa

Atas segala harap
Yang selalu kau pikir harus segera dilahap

Atas segala perjuangan
Yang selalu kau beri ketidakmungkinan

Terima kasih
Atas segala tawa
Yang mencerahkan seisi dunia

Atas segala tangis
Yang membuatku ikut meringis

Atas segala cerita
Yang tak selalu terungkap kata

Kini,
Kau boleh bahagia sejadi-jadinya
Sebab ketika matahari terbit dari timur tatapmu
Senja berlabuh di barat genggamku

Atau,
Kau boleh sedih sejadi-jadinya
Sebab ketika hujan turun di pelupuk matamu
Senja terbit di sungging senyumku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya