Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Badai

Hujan bernyanyian di luar
Membasahi semak belukar
Menanam wabah rindu yang menular
Memakan tubuhmu dan menjalar

Baunya membunuh penciumanmu
Menjadi bau" yg di rindu
Yg rawan menjadi pilu
Lalu kau kedinginan membeku

Hujan itu mematikan
Memenjarakan jiwamu dalam lapas bernama kenangan
Menabrak harapmu ke dalam palung bernama kehampaan
Dan yang bisa kau lakukan hanya menangis sesenggukan.

Lalu muncul pelangi yang setia
Ia bijak sebagai mahakarya semesta
Membuatmu mensyukuri hujan
Membuatmu mewajarkan kenangan
Membuatmu menikmati kesakitan
Membuatmu nyaman dalam penantian.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya