Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Media dan Rasa

Jari-jariku mengusap-usap layar menyala
Berharap rindu menemukan pemiliknya
Di tiap jejak yang tertinggal
Dalam sosial media

Mataku mulai lelah
Mencari dengan pasrah
Kalimat-kalimatmu
Yang kuharap untukku

Untukmu mengabari wajib dilakukan
Kabarmu wajib didengarkan
Notifmu wajib ditunggu
Hadirmu wajib dirindu

Pesan akan memberi kesan
Walau mata tak saling bertatapan
Suara akan menghangatkan
Walau raga tak menerima pelukan

Namun realita beda dengan maya
Tubuhmu tak sedekat chatmu
Pelukmu tak sehangat suaramu
Nyalimu tak sekuat sinyalmu.

Jauh terasa dekat
Dekat terasa jauh
Canggung saat bertemu
Rindu jika tak bertemu

Entah salah siapa
Mungkin perabaku yang kurang perasa?
Atau hatiku yang kurang peka?

Pada akhirnya timbul tanya
Kala rindu sedang jadi-jadinya
Namun logika sedang membajak rasa
"Aku merindukanmu atau stickermu?"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya