Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Jangan Menangis di Ujung Malam Lagi

Bila memang tawa yang keluar dari mulutmu adalah musik di telingaku

maka racauan dan umpatanmu ialah tempo yang membuatnya seirama

yang kerap ku dengarkan walau kantuk menarik-narik kelopak mata


Namun, kau putuskan untuk menumpahkan tangis di malam itu

membangkitkan hening yang abadi di telingaku

memberi senyap pada bising yang tersisa

kau gelar tangismu dengan paripurna


Tangis itu ialah darah dari luka yang menganga di hatimu

yang konsisten diceritakan mulut cerewetmu


Malam itu pakaianku basah oleh air matamu

dan aku menolak untuk mengeringkannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya