Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Ahmad Kecil

Ahmad kecil seorang pejuang
Ia pandai mencari uang
Tiap malam ia berdagang
Sambil bergadang

Umurnya mungkin tak sampai separuhku
Tubuhnya mungil namun tangguh
Tiap malam ia menenteng dagangannya di bahu
Sambil berteriak parau, "tisu, tisu..."

Kakinya terbiasa berjalan jauh
Pembelinya bermacam-macam
Ada yang butuh
Ada yang ibanya luruh

Ia kembali ke rumah saat purnama sedang tinggi-tingginya
Lalu bangun sebelum sang surya tunjukkan wajahnya
Habis, ia harus selesaikan tugas sekolah
Demi kejar mimpi-mimpinya

Ahmad kecil pemberani
Siapapun ia ladeni
Ia bahkan tak takut Bambang
Preman kekar berwajah garang

Ia tetap periang
Walau kadang sandalnya putus di jalan
Walau kadang lelahnya berbanding terbalik dengan penghasilan
Setidaknya ia pulang bawa uang
Untuk membantu ibunya tersayang.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya