Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Pasca

Ada seorang laki-laki
Kehilangan dirinya sendiri
Seorang yang ia percaya untuk menyimpan itu,
Pergi.

Pergi dengan keputusan yang ia yakini, Dipikirkan setengah mati
Atau tidak setengah hidup
Yang jelas paling tidak hingga lelahnya tertiup

Laki-laki itu termangu sendiri
Tak tahu dimana lagi ia harus mencari
Ia kehilangan rumahnya
Dan ia tersesat

Ia tak tahu kemana harus pulang
Tak tahu kemana harus mengalamatkan sayang
Ia ketakutan sendirian
Siang membakarnya seperti di perapian
Malam menggulung tubuhnya hingga kedinginan

Ia mulai benci hari yang cerah
Seolah semuanya bahagia kecuali dirinya
Ia pertanyakan seorang yang ia percaya itu
"Apa kau rasakan yang sama denganku?"

Tanpa jawab yang terlontar
Namun ia merasakan koneksi yang terhantar

Seolah mendapat jawaban dari kesunyian
Ia tenang,
Untuk sesaat
Lalu bersiap untuk mengalami itu lagi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya