Sudah Enam Tahun

dahulu kepalaku begitu resisten atas ide bahwa ada suatu masa kita saling lupa tak pernah sedikitpun bertegur sapa atau bersikap seolah cinta yang gegap gempita itu tak pernah ada bahkan untuk melintas saja ide itu di kepala rasanya begitu menakutkan namun hari ini setidaknya menuju enam tahun ketika pada akhirnya kembang api dari cinta itu membakar hasrat kita untuk bersama, ketika pada saat itu semakin bertahan akan semakin sirna menjadi debu dan kian tak kasat mata, ketika pilihan untuk mencanangkan masa depan berganti menjadi melupa bersama-sama atau dilupakan sendirian, manifestasi ketakutan itu telah lama terjadi. sudah begitu jarang terlintas namamu mengusik ketenanganku bahkan telingaku kian lupa akan suaramu sehingga ketika mencoba untuk mengenangmu rasanya seperti menonton film bisu  tapi apakah kita benar-benar lupa? aku menemukan bahwa begitu menarik ketika manusia bisa melawan kodratnya untuk merasakan sesuatu begitu menyakitkan demi menjaga sucinya kesepakatan, batasa...

Sekolahku

Selamat pagi, siang, dan malam sekolahku
Ini surat terbuka untukmu,
Atau tidak terbuka-terbuka amat
Sebab karena otoritasmu semua bisa tamat

Sekolahku,
Jadilah lembaga pendidikan yang sesuai visi-misi
Bukan lembaga yang sakit hati karena kritik murid sendiri
Berhentilah merasa tidak aman
Karena seharusnya kau yang memberikan kami rasa aman
Rasa aman akan pendidikan
Rasa aman akan pembelajaran
Rasa aman atas penalaran dan kemoralan

Tapi masih adakah penalaran
Jika tiap merasa terancam kau menghakimi tanpa logika yang dikedepankan?

Sekolahku,
Jadilah lembaga pendidikan tempat kami bernaung
Bukan lembaga yang membuat kami seperti terpasung
Jadilah lembaga yang membebaskan untuk pembelajaran
Bukan menyulitkan demi mengikuti opini-opini gembel kalian.


Sekolahku,
Mau berapa lama lagi kau bungkam kami?
Mau berapa lama lagi?
Tidak usah panik
Saat kalian marah, kami para siswa mana bisa berkutik?

Karena mungkin hanya itu bisamu
Mengancam dan membungkam.

Baiklah kami bisu
Tapi kata-kata kami
Akan selalu bebas

Baiklah kami menurutimu
Tapi usaha-usaha kami
Akan selalu menerabas

Pasti

Karena

Puisi ini

Baru awal.


Sekolahku,
Beginilah menulis
Tanpa paksaan
Tanpa waktu yang dibataskan
Tanpa perlu keilmiahan
Yang jelas pesan tersampaikan
Betul kan?

Sekolahku,
Aku selalu menulis karena dua hal:
Sedang senang-senangnya
Atau sedang merasa buruk seburuk-buruknya

Dan saat ini,
Aku sedang merasa tidak senang saat menulis ini.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tenang

Sudah Enam Tahun

Perempuan dengan Amarah di Dadanya